PENDAHULUAN
Upaya peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) sangat erat kaitannya dengan mutu pendidikan di Indonesia
karena pendidikan merupakan salah satu wahana yang dipandang dapat meningkatkan
kecerdasan suatu individu. Kecerdasan yang dimaksud adalah Kecerdasan
Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), bakat, ketajaman pengamatan
sosial, hubungan sosial, kematangan sosial, dan lain-lain. Sistem pendidikan
yang baik seyogyanya tidak hanya berorientasi untuk dapat meningkatkan
kecerdasan intelektual (IQ) tetapi harus juga berorientasi untuk meningkatkan
kecerdasan emosi (EQ) dari siswa. Hal ini karena IQ danEQ merupakan dua sahabat
yang saling melengkapi.
Banyak bukti memperlihatkan bahwa
orang yang secara emosional cakap yang mengetahui dan menangani perasaan mereka
sendiri dengan baik, dan mampu membaca serta menghadapi perasaanorang lain
secara efektif, memiliki keutntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu
dalam hubungan asmaara dan persahabatan, ataupun dalam dalam menangkap
aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik dan
organisasi. Orang dengan keterampilan emosi yang berkembang baik, kemungkinan
besar akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, serta dapat menguasai
kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka.
Dari hasil survey dan penelitian
juga dapat diketahui bahwa IQ menyumbang paling banyak 20% bagi kesuksesan
dalam hidup, sedangkan 80% ditentukan oleh faktor EQ. Mengingat pentingnya
peranan kecerdasan emosional (EQ) bagi kesuksesan suatu individu, maka
pendidikan sebagai basis pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) harus mampu
menerapkan metode yang tepat dalam upaya peningkatan EQ siswa. Menurut Daniel
Goleman (1997) kecerdasan emosi (EQ) pada suatu individu dapat ditingkatkan
dengan mengembangkan 5 dimensi penting EQ yaitu: Kesadaran Diri (Self-Awareness), Pengaturan Diri (Self-Regulation), Motivasi Diri (Self-Motivation), Empati (Empathy) dan Keterampilan sosial (Social Skills). Salah satu model
pemmbelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT)
Pembelajaran kooperatif merupakan setrategi
pembelajaran dengan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan berbeda untuk
belajar bersama. Dalam kelompok siswa dituntut untuk saling membantu dan
kerjasama dalam memahami suatu bahan pelajaran. Pembelajaran tipe TGT adalah
pembelajaran kooperatif yang dilanjutkan dengan satu langkah lagi, yaitu
”turnamen akademik”. Dalam turnamen ini setiap siswa yang bersaing mewakili
timnya masing-masing. Pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih diutamakan pada
belajar kelompok siswa dan turnamen akademik. Dalam belajar kelompok siswa
dituntut bekerjasama dan saling tolong menolong dalam menyelesaikan bahan
pelajaran tertentu, sedangkan dalam turnamen siswa diberi kesempatan untuk
bersaing atau berkompetisi dalam upaya meningkatkan daya saing atau aktivitas
belajar siswa. Dengan adanya daya saing yang tinggi, akan lebih memotivasi
siswa untuk lebih aktif, berani menghadapi tantangan, tenang menghadapi
tantangan sehingga tidak depresi. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan aspek kognitif dan afektif siswa, sehingga dapat meningkatkan
pengembangan kelima dimensi kecerdasan emosional (EQ) sehingga nantinya dapat
memberikan peningkatan terhadap EQ.
Berdasarkan uraian diatas tentu
sangat menarik untuk dibahas mengenai cara alternatif meningkatkan kecerdasan
emosi (EQ) siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipenTGT sebagai
upaya peningkatan Sumber Daya manusia dalam menghadapi globalisasi dan
persaingan bebas.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan Kecerdasan Emosi (EQ)
siswa disekolah?
2.
Apakah penerapan Teams Games Tournamens di sekolah dapat meningkatkan EQ siswa?
Tujuan
penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Memberikan alternatif metode mengajar
yang bisa diterapkan disekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) siswa.
2.
Mengetahui apakah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournamen
(TGT) disekolah mampu meningkatkan EQ
siswa.
Manfaat
Penulisan
Adapaun manfaat yang ingin dicapai
dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Diharapkan dapat memberi masukan bagi
para guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk
meningkatkan EQ siswa.
2.
Dapat memberi masukan bagi sekolah dan
guru dalam upaya meningkatkan EQ siswa.
TELAAH
PUSTAKA
Pembelajaran
Kooperatif tipe Games Teams Tournamens
(TGT)
Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu strategi pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan belajar berbeda,
belajar dalam kelompok-kelompok kecil, saling mengisi dan bekerja sama untuk
memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran belum dikatakan berhasil
apabila salah satu dari anggota kelompok belum memahami bahan pelajaran yang
diberikan. Dalam penerapan pembelajaran ini, siswa dituntut menemukan sendiri
informasi, mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan melakukan revisi
bila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Dengan demikian, ide pokok
metode ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri dan
guru hanya sebagai fasilitator.
Dalam model pembelajaran kooperatif
tipe TGT setelah siswa belajar dan bekerja secara kooperatif, siswa diajak pada
suatu permainan akademik yang disebut turnamen akademik. Permainan disini
berfungsi sebagai review materi sebelum siswa menghadapi tes individual (Suryanti,
1998). Dalam TGT ada lima komponen yaitu:
1.
Presentasi Kelas
Presentasi
kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pembelajaran dengan pengajar
langsung atau diskusi ataupun dengan cara audiovisual
2.
Tim
Tim
terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. Anggota tim
mewakili kelompok yang ada dikelas dalam hal kemampuan akademis, jenis kelamin
atau ras dan suku. Fungsi utama tim tersebut adalah memastikan bahwa semua
anggota tim belajar lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat
mempelajari tugas LKS dan mengerjakan soal-soal turnamen dengan baik. Tim
merupakan komponen penting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT.
3.
Permainan/ Games
Permainan
didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai seluruh siswa dan biasanya
disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam
presentasi kelas dan latihan tim. Permainan dilakukan tiga atau empat siswa
yang berkemampuan setara dan masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Kelengkapan permaonan dilengkapi dengan pertanyaan dan soal disertai kunci
jawaban yang bernomor, serta dilengkapi dengan kartu bernomor.
4.
Turnamen/ pertandingan
Turnamen
adalah saat dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada
setiap akhir minggu setelah guru memberikan presentasi kelas terlebih dahulu
dan setiap tim telah berlatih dengan lembar kerja siswa. Dalam turnamen, 3 atau
4 siswa yang setara kemampuannya mewakili tim berbeda dalam turnamen.
Persaingan setara memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal
menyumbangkan nilai maksimal bagi timnya.
5.
Penghargaan Tim
Kegiatan
pokok dalam langkah ini adalah menghitung nilai tim dan membagikan sertifikat
atau penghargaan. Setelah turnamen berakhir, segera dihitung nilai tim dan
menyiapkan penghargaan (sertifikat) untuk tim yang bernilai tinggi.
Kecerdasan
(IQ)
Masyarakat umum mengenal adanya
suatu intelegensi yang merupakan istilah lain dari kecerdasan, kepintaran atau
kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Intelegensi diartikan sebagai
ukuran kepandaian. Woolfok (1975) mengungkapkan bahwa menurut teori lama,
kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: (1) Kemampuan untuk belajar, (2)
keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, (3) kemampuan beradaptasi dengan
situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Berdasarkan kajian para ahli,
pengelompokan kecerdasan manusia dinyatakan dalam bentuk Intellegent Quotient
(IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age). Pengelompokan ini
direntang mulai dari kemampuan katagori idiot sampai dengan katagori jenius.
Emosi
Kata emosi secara sederhana
didefinisikan sebagai penerapan gerakan baik secara metafora atau harfiah,
untuk mengeluarkan perasaan. Emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau
negative, tetapi emosi berlaku sebagai sumber energi autentisitas, dan semangat
manusia yang paling kuat dan dapat menjadi sumber kebijakan intuitif. Makna
harfiah dari emosi didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, dan nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau
meluap-luap.
Kecerdasan
Emosi (EQ)
Memasuki abad 21, legenda bahwa IQ
(Intellegence Quontien) sebagai
satu-satunya tolak ukur kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter
keberhasilan manusia digugurkan oleh munculnya konsep kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ).. Keterampilan
EQ bekerja secara sinergis dengan keterampilan kognitif. Semakin kompleks
pekerjaan, semakin penting EQ tersebut. EQ adalah dasar bagi lahirnya kecakapan
emosi yang diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja yang
menonjol dalam pekerjaan. Inti dari kecakapan emosi ini adalah kemampuan empati
dan keterampilan sosial. Keberhasilan antarpribadi yang berasal dari EQ akan
menjadi salah satu keterampilan paling penting dalam hidup.
METODE
PENULISAN
Metode
Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan ini adalah metode kajian pustaka. Metode kajian pustaka dilakukan
dengan mengumpulkan sumber-sumber yang terkait dengan topik yang akan dibahas.
Sumber-sumber kepustakaan tersebut berupa kajian literatur dan kutipan artikel
yang diambil dari sumber di internet. Metode kajian pustaka ini dilakukan untuk
mengetahui tentang kecerdasan emosi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya,
model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournamen (TGT), serta untuk mengetahui keterampilan kooperatif yang
bisa dimiliki oleh siswa yang nantinya dapat meningkatkan kecerdasan emosi
siswa.
Langkah-Langkah
dalam Penulisan
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
2. Pengumpulan
informasi dan data
3. Analisa Permasalahan
4. Penyusunan tulisan
5. Bimbingan
ANALISIS
DAN SINTESIS
Meningkatkan Kecerdasan Emosi (EQ) Siswa Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Game Tournament
(TGT)
Dalam
menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas maka bangsa Indonesia perlu
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki daya saing dengan
negara lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
upaya peningkatan kecerdasan emosi (EQ) siswa disekolah. Hal ini karena
kecerdasan emosi (EQ) merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
kualitas SDM. Kualitas suatu individu tidak hanya diukur dari tingkat dari IQ
saja, namun terdapat kecerdasan lain yang sangat penting yang dapat menentukan
kualitas individu yaitu kecerdasan emosi (EQ). Banyak survei dan penelitian
ilmiah diberbagai negara maju telah membuktikan bahwa orang dengan IQ sedang
bisa lebih sukses dari orang yang memiliki IQ tinggi. Hal ini karena orang yang
memiliki IQ sedang tersebut lebih mampu mengembangkan kecerdasan emosi (EQ)
yang dimilikinya bila dibandingkan dengan orang yang memiliki IQ tinggi
tersebut. EQ tidak bersifat permanen seperti IQ, sehingga hal ini memungkinkan
untuk mengasah EQ suatu individu agar dapat berkembang lebih baik. Upaya
pengembangan EQ sangat baik dimulai dari lingkungan sekolah, ini karena sekolah
merupakan basis pengembangan pendidikan bagi seseorang. Upaya pengembangan EQ
disekolah dapat dilakukan dengan menerapkan suatu sistem pengajaran yang dapat
mengasah dan mengembangkan dimensi EQ yang dimiliki. Hal ini sangat memerlukan
peran dari sekolah dan guru agar mampu menciptakan iklim pendidikan yang
bersifat kebersamaan (learning to live
together) serta bersifat menyenangkan (joyful
learning) bagi siswa. Sehingga dalam belajar siswa tidak hanya
diorientasikan pada kemampuan kognitif semata tapi juga melatih kesadaran diri
(Self-awareness), pengaturan diri (Self-regulation), motivasi diri
(Self-motivation), empati (Empathy) dan keterampilan sosial (Social skills )
yang dimiliki siswa. Namun sayangnya, sistem pendidikan masih terpaku pada IQ,
hal ini dibuktikan dengan sistem pelulusan yang menggunakan suatu nilai yang
diambil dalam satu hari untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan dalam tiga tahun. Bukan hanya IQ yang mempengaruhi keberhasilan
hidup suatu individu, peran EQ juga tidak kalah penting sehingga sangat menarik
untuk dibahas mengenai bagaimana cara untuk meningkatkan EQ siswa.
Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kelima dimensi EQ. Pada model ini diawali dengan kegiatan
presentasi didepan kelas yang digunakan oleh guru untuk memperkenalkan materi
pembelajaran yang akan diajarkan. Lalu siswa dikelompokan dalam beberapa tim.
Setiap tim terdiri dari 4-6 siswa yang anggotanya memiliki kemampuan akademik
yang heterogen. Tim ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua anggota tim
belajar lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari
LKS dan mengerjakan soal-soal turnamen dengan baik. Tim merupakan komponen yang
sangat penting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Misal suatu kelas
terdiri dari 20 siswa maka akan terbentuk 4 tim dan tiap tim terdiri dari 5
orang. Dalam turnamen, masing-masing meja akan ditempati oleh siswa dari
rangking yang sama. Misalnya meja-1, terdiri dari 4 siswa rangking 1, meja-2
terdiri dari 4 siswa rangking 2,meja-3 terdiri dari 4 siswa rangking 3, meja-4
terdiri dari 4 siswa rangking 4 dan
meja-5 terdiri dari 4 siswa rangking 5. Kemudian dilakukan kegiatan games, games didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai oleh seluruh
siswa dan biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan
dengan materi yang dijelaskan oleh guru serta yang dikerjakan dalam kegiatan
kelompok. Permainan ini dilakukan oleh 3-4 siswa yang memiliki kemampuan setara
yang mewakili masing-masing tim berbeda. Kelengkapan permainan dilengkapi
dengan pertanyaan dan soal disertai kunci jawaban yang bernomor, serta
dilengkapi dengan kartu bernomor. Seorang siswa dalam tim mengambil kartu
bernomor, membaca pertanyaan dari nomor yang diambil dan berusaha menjawab
pertanyaan tersebut terlebih dahulu sebelum memberi kesempatan bagi siswa lain
untuk menanggapi jawaban dari pertanyaan tersebut apabila mempunyai jawaban
yang berbeda. Selanjutnya dilakukan turnamen akademik antara tim yang satu
dengan yang lain. Turnamen ini adalah suatu kegiatan latihan soal yang
dirancang dalam bentuk peertandingan antara tim yang satu dengan yang lain.
Biasanya turnamen ini dilaksanankan pada setiap akhir minggu setelah guru
memberikan presentasi kelas terlebih dahulu dansetiap tim telah berlatih dengan
LKS. Dalam turnamen, tiga atau empat siswa yang setara kemampuannya mewakili
tim berbeda. Persaingan setara ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan
kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimal bagi timnya. Setelah turnamen
berakhir segera dihitung nilai tim dan menyiapkan penghargaan (sertifikat) untuk tim yang bernilai
tinggi. Untuk melakukannya mula-mula memeriksa skor pada lembar pencatatan
skor, selanjutnya memindahkan skor masing-masing siswa ke lembar rangkuman skor
untuk dikelompokan pada masing-masing timnya. Nilai tim diperoleh dengan cara
menjumlahkan semua skor anggota tim, kemudian dibagi dengan banyaknya anggota
tim. Setelah turnamen itu, maka dilakukan pemberian penghargaan kepada tim yang
menang dalam turnamen akademik. Setelah itu guru kembali memberi penjelasan
materi pelajaran yang lain secara global kemudian dilanjutkan kembali dengan
langkah-langkah selanjutnya.
Dalam
pengelompokan siswa menjadi beberapa tim dengan kemampuan berbeda pada
masing-masing tim, maka diharapkan akan terjadi peningkatan dimensi kesadaran
diri dan pengaturan diri siswa. Hal ini karena dengan berada dan belajar
bersama dalam suatu kelompok maka siswa dituntut untuk mulai melakukan
pengendalian emosi, menumbuhkan sikap saling percaya antar sesame anggota tim,
serta dapat melakukan penilaian terhadap kondisi emosionalnya sendiri agar
dapat diterima dikelompok tersebut. Sikap adaptif siswa juga semakin berkembang
karena setelah berada dalam satu kelompok maka siswa akan berusaha melakukan
penyesuaian diri dalam kelompok serta pengaturan diri dalam kelompok. Dengan
adanya kegiatan belajar bersama dalam tim yang kemampuan anggotanya heterogen
akan dapat meningkatkan empati dan keterampilan sosial siswa. Karena dengan
belajar bersama dalam anggota kelompok akan terjalin komunikasi antara satu
siswa lain, terjalin suatu ikatan solidaritas dalam jaringan kelompok, tumbuh
kemampuan untuk berkolaborasi dan berkooperasi diantara siswa yang memiliki
kemampuan berbeda. Ini akan mendorong tumbuhnya kemampuan siswa dalam
berinteraksi sosial secara efektif serta akan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi siswa.
Dengan
adanya games serta turnamen akademik
maka akan mendorong siswa untuk berupaya meraih prestasi dalam belajar. Selain
dorongan berprestasi maka siswa akan mengembangkan komitmen dalam
memperjuangkan timnya masing-masing sehingga hal ini diharapkan dapat
membiasakan siswa agar memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen untuk suatu
hal. Games dan turnamen juga dapat
meningkatkan sikap inisiatif siswa yang berupaya memenagkan permainan serta
turnamen, siswa dapat mengembangkan nalarnya lebih luas untuk mencari solusi
terhadap soal yang diberikan tanpa harus terpaku pada cara yang diberikan guru.
Selain itu, games dan turnamen ini
akan menumbuhkan sikap dan kemampuan siswa untuk berani bersaing dalam iklim
kompetisi yang sehat dan ketat. Hal ini sangat baik, karena mengingat kemampuan
bersaing dan berkompetisi merupakan salah satu faktor yang menentukan
kesuksesan suatu individu. Dengan adanya pengembangan kelima dimensi EQ yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial
melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT maka secara langsung EQ siswa akan
berkembang dan meningkat.
Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilakukan pada tingkat Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) ataupun Sekolah Menengah Umum (SMU).
Penerapan model pembelajaran ini untuk tingkst SD sebaiknya dimulai dari kelas
IV, karena pada tingkat ini siswa sudah mulai berkembang aspek
sosio-sentrisnya, anak mulai terbuka dalam pergaulan sosialnya, selain itu pada
kelas ini anak sudah mempunyai kemampuan membaca dan menulis dengan baik,
biasanya pada kelas ini biasanya tingkat kesulitan materi pembelajaran mulai
meningkat. Pada tingkat SD aspek sosio-sentris anak mulai tumbuh sehingga
sangat baik dilakukan pembinaan kesadaran diri, pengaturan diri, empati, dan
keterampilan sosial dari siswa. Pada siswa SD sebaiknya lebih ditekankan pada
melatih anak untuk mampu mengetahui keadaann emosi diri, belajar memahami emosi
teman-temannya, peka terhadap keadaan teman, berkomunikasi dengan teman, serta
melatih aspek kerja sama (kooperasi) dalam belajar maupun menyelesaikan
soal-soal dalam pelajaran. Dengan melakukan kooperasi dan kolaborasi maka
kepercayaan diri anak untuk memahami materi pelajaran juga akan dapat
ditingkatkan selain ketakutan anak akan materi pelajaran tertentu dapat
dihilangkan karena ketika mereka menghadapi kesulitan mereka sudah memiliki
teman untuk belajar bersama. Guru hendaknya menjadi pembimbing dan penuntun
anak dalam belajar kelompok, namun guru tidak bertindak otoriter terhadap anak
serta membiarkan anak mengembangkan kesadaran
Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT di tingkat SMP dan SMU dilakukan dengan
langkah-langkah pengelompokan siswa dan belajar kelompok, permainan, serta
turnamen akademik dan penghargaan tim. Hal ini karena pada tingkat SMP dan SMU diharapkan
dimensi kesadaran diri (Self-Awareness),
pengaturan diri (Self-Regulation),
empati (Emphaty), dan keterampilan
sosial (Social Skills) dapat lebih
dimantapkan serta mulai untuk membina dan mengembangkan motivasi diri (Self-Motivation). Melalui permainan dan
turnamen akademik diharapkan siswa mulai menumbuhkan kemauan (motivasi) untuk
memenangkan kompetisi dalam persaingan sehingga memiliki kemauan untuk
bersaing. Dalam permainan maupun turnamen guru sebaiknya mulai memberikan
permasalahan-permasalahan yang lebih mengasah nalar dan mampu mengembangkan
inisiatif siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Pada jenjang SMP dan
SMU diharapkan kemampuan siswa berkomunikasi, menanggapi suatu permasalahan,
mengembangkan ide dan kreativitas serta inovasi dalam menyelesaikan masalah
dapat berkembang. Tentu saja hal ini akan mendorong berkembangnya EQ siswa.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Adapun simpulan dari tulisan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran yang bisa diterapkan
disekolah untuk meningkatkan EQ siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournamen (TGT) .
Pembelajaran kooperatif tipe TGT bisa dilakukan pada jenjang SD, SMP,
dan SMU.
2.
Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournamen (TGT) dapat meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) siswa
karena dengan penerapan model pembelajaran ini dapat mengembangkan lima dimensi
kecerdasan emosi (EQ) siswa.
Saran
1.
Diharapkan dapat dilakukan berbagai penelitian
lebih jauh terhadap berbagai model pembelajaran yang dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) siswa, karena EQ merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa dalam
menghadapi globalisasi dan persaingan bebas.
Rekomendasi
1.
Diharapkan dapat dilakukan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) dalam
penyampaian materi pembelajaran disekolah sehingga dapat bermanfaat dalam
peningkatan EQ siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini.
1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
B. Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara
Cooper
Robert K & Ayman Sawaf. 1998. Executif
EQ: Emotional Intelligence in leadership and Organization, Executif EQ:
Kecerdasan Emosi dalam Kepemimpinan dan Organisasi, terjemahan Alex Tri
Kantjono W. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Crooks
Robert L & Jean Stein. 1999. Psycohology:
Science, Behavior, and Life Second Edition. Forth Worth: Holt, Rinhert and
Winston, Inc
Depdikbud.
2005. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta
Gardener,
Howard. 2000. Multiple Intellegence,
Kecerdasan Majemuk: Teori Dalam Praktek, terjemahan Alexander Sindoro.
Jakarta: intan Aksara
Goleman,
Daniel. 1997. Emotional Intellegence,
Kecerdasan Emosional, terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Suryati.
1998. Pengembangan model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) dalam Rangka Meningkatkan hasil
Belajar Fisika Siswa SMU. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana
UNESA
Setyono,
Tri Djoko. 1997. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) pada PengajaranMatematika di SLTP.
Tesis (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana UNESA
Widiarsa,
Ketut. 2000. Penerapan Metode
pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournamen (TGT) pada Pokok Bahasan Himpunan I Sebagai Upaya Meningkatkan
Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IE SLTP Negeri 1 Singaraja. Skripsi
(tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singaraja
Yuliang
liu & ginter Dean. Emotional
Intellegence. http://www.westga.edu/distance/liu.23
html.
0 komentar:
Posting Komentar