}

Senin, 11 Juni 2012

PKMGT-Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa dengan Pembelajaran TGT

PENDAHULUAN



Latar Balakang Masalah
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat erat kaitannya dengan mutu pendidikan di Indonesia karena pendidikan merupakan salah satu wahana yang dipandang dapat meningkatkan kecerdasan suatu individu. Kecerdasan yang dimaksud adalah Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan sosial, dan lain-lain. Sistem pendidikan yang baik seyogyanya tidak hanya berorientasi untuk dapat meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ) tetapi harus juga berorientasi untuk meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) dari siswa. Hal ini karena IQ danEQ merupakan dua sahabat yang saling melengkapi.



Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan mampu membaca serta menghadapi perasaanorang lain secara efektif, memiliki keutntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmaara dan persahabatan, ataupun dalam dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik dan organisasi. Orang dengan keterampilan emosi yang berkembang baik, kemungkinan besar akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, serta dapat menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka.


Dari hasil survey dan penelitian juga dapat diketahui bahwa IQ menyumbang paling banyak 20% bagi kesuksesan dalam hidup, sedangkan 80% ditentukan oleh faktor EQ. Mengingat pentingnya peranan kecerdasan emosional (EQ) bagi kesuksesan suatu individu, maka pendidikan sebagai basis pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) harus mampu menerapkan metode yang tepat dalam upaya peningkatan EQ siswa. Menurut Daniel Goleman (1997) kecerdasan emosi (EQ) pada suatu individu dapat ditingkatkan dengan mengembangkan 5 dimensi penting EQ yaitu: Kesadaran Diri (Self-Awareness), Pengaturan Diri (Self-Regulation), Motivasi Diri (Self-Motivation), Empati (Empathy) dan Keterampilan sosial (Social Skills). Salah satu model pemmbelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT)


 Pembelajaran kooperatif merupakan setrategi pembelajaran dengan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan berbeda untuk belajar bersama. Dalam kelompok siswa dituntut untuk saling membantu dan kerjasama dalam memahami suatu bahan pelajaran. Pembelajaran tipe TGT adalah pembelajaran kooperatif yang dilanjutkan dengan satu langkah lagi, yaitu ”turnamen akademik”. Dalam turnamen ini setiap siswa yang bersaing mewakili timnya masing-masing. Pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih diutamakan pada belajar kelompok siswa dan turnamen akademik. Dalam belajar kelompok siswa dituntut bekerjasama dan saling tolong menolong dalam menyelesaikan bahan pelajaran tertentu, sedangkan dalam turnamen siswa diberi kesempatan untuk bersaing atau berkompetisi dalam upaya meningkatkan daya saing atau aktivitas belajar siswa. Dengan adanya daya saing yang tinggi, akan lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif, berani menghadapi tantangan, tenang menghadapi tantangan sehingga tidak depresi. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aspek kognitif dan afektif siswa, sehingga dapat meningkatkan pengembangan kelima dimensi kecerdasan emosional (EQ) sehingga nantinya dapat memberikan peningkatan terhadap EQ.

Berdasarkan uraian diatas tentu sangat menarik untuk dibahas mengenai cara alternatif meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipenTGT sebagai upaya peningkatan Sumber Daya manusia dalam menghadapi globalisasi dan persaingan bebas.


Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kecerdasan Emosi (EQ) siswa disekolah?
2.      Apakah penerapan Teams Games Tournamens di sekolah dapat meningkatkan EQ siswa?


Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Memberikan alternatif metode mengajar yang bisa diterapkan disekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) siswa.
2.      Mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) disekolah mampu meningkatkan EQ siswa.


Manfaat Penulisan
Adapaun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Diharapkan dapat memberi masukan bagi para guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan EQ siswa.
2.      Dapat memberi masukan bagi sekolah dan guru dalam upaya meningkatkan EQ siswa.

TELAAH PUSTAKA



Pembelajaran Kooperatif tipe Games Teams Tournamens (TGT)
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan belajar berbeda, belajar dalam kelompok-kelompok kecil, saling mengisi dan bekerja sama untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran belum dikatakan berhasil apabila salah satu dari anggota kelompok belum memahami bahan pelajaran yang diberikan. Dalam penerapan pembelajaran ini, siswa dituntut menemukan sendiri informasi, mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan melakukan revisi bila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Dengan demikian, ide pokok metode ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator.


Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT setelah siswa belajar dan bekerja secara kooperatif, siswa diajak pada suatu permainan akademik yang disebut turnamen akademik. Permainan disini berfungsi sebagai review materi sebelum siswa menghadapi tes individual (Suryanti, 1998). Dalam TGT ada lima komponen yaitu:
1.      Presentasi Kelas
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pembelajaran dengan pengajar langsung atau diskusi ataupun dengan cara audiovisual
2.      Tim
Tim terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. Anggota tim mewakili kelompok yang ada dikelas dalam hal kemampuan akademis, jenis kelamin atau ras dan suku. Fungsi utama tim tersebut adalah memastikan bahwa semua anggota tim belajar lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari tugas LKS dan mengerjakan soal-soal turnamen dengan baik. Tim merupakan komponen penting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT.
3.      Permainan/ Games
Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai seluruh siswa dan biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan tim. Permainan dilakukan tiga atau empat siswa yang berkemampuan setara dan masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kelengkapan permaonan dilengkapi dengan pertanyaan dan soal disertai kunci jawaban yang bernomor, serta dilengkapi dengan kartu bernomor.
4.      Turnamen/ pertandingan
Turnamen adalah saat dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada setiap akhir minggu setelah guru memberikan presentasi kelas terlebih dahulu dan setiap tim telah berlatih dengan lembar kerja siswa. Dalam turnamen, 3 atau 4 siswa yang setara kemampuannya mewakili tim berbeda dalam turnamen. Persaingan setara memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimal bagi timnya.
5.      Penghargaan Tim
Kegiatan pokok dalam langkah ini adalah menghitung nilai tim dan membagikan sertifikat atau penghargaan. Setelah turnamen berakhir, segera dihitung nilai tim dan menyiapkan penghargaan (sertifikat) untuk tim yang bernilai tinggi.


Kecerdasan (IQ)
Masyarakat umum mengenal adanya suatu intelegensi yang merupakan istilah lain dari kecerdasan, kepintaran atau kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Intelegensi diartikan sebagai ukuran kepandaian. Woolfok (1975) mengungkapkan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: (1) Kemampuan untuk belajar, (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, (3) kemampuan beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Berdasarkan kajian para ahli, pengelompokan kecerdasan manusia dinyatakan dalam bentuk Intellegent Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age). Pengelompokan ini direntang mulai dari kemampuan katagori idiot sampai dengan katagori jenius.


Emosi
Kata emosi secara sederhana didefinisikan sebagai penerapan gerakan baik secara metafora atau harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Emosi bukan sesuatu yang bersifat positif atau negative, tetapi emosi berlaku sebagai sumber energi autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat dan dapat menjadi sumber kebijakan intuitif. Makna harfiah dari emosi didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.



Kecerdasan Emosi (EQ)
Memasuki abad 21, legenda bahwa IQ (Intellegence Quontien) sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan manusia digugurkan oleh munculnya konsep kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ).. Keterampilan EQ bekerja secara sinergis dengan keterampilan kognitif. Semakin kompleks pekerjaan, semakin penting EQ tersebut. EQ adalah dasar bagi lahirnya kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Inti dari kecakapan emosi ini adalah kemampuan empati dan keterampilan sosial. Keberhasilan antarpribadi yang berasal dari EQ akan menjadi salah satu keterampilan paling penting dalam hidup.
METODE PENULISAN



Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kajian pustaka. Metode kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber yang terkait dengan topik yang akan dibahas. Sumber-sumber kepustakaan tersebut berupa kajian literatur dan kutipan artikel yang diambil dari sumber di internet. Metode kajian pustaka ini dilakukan untuk mengetahui tentang kecerdasan emosi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT), serta untuk mengetahui keterampilan kooperatif yang bisa dimiliki oleh siswa yang nantinya dapat meningkatkan kecerdasan emosi siswa.


Langkah-Langkah dalam Penulisan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.   Identifikasi Masalah
2.  Pengumpulan informasi dan data
3.   Analisa Permasalahan
4.   Penyusunan tulisan
5.   Bimbingan



ANALISIS DAN SINTESIS



Meningkatkan Kecerdasan Emosi (EQ) Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT)
Dalam menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas maka bangsa Indonesia perlu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki daya saing dengan negara lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan upaya peningkatan kecerdasan emosi (EQ) siswa disekolah. Hal ini karena kecerdasan emosi (EQ) merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas SDM. Kualitas suatu individu tidak hanya diukur dari tingkat dari IQ saja, namun terdapat kecerdasan lain yang sangat penting yang dapat menentukan kualitas individu yaitu kecerdasan emosi (EQ). Banyak survei dan penelitian ilmiah diberbagai negara maju telah membuktikan bahwa orang dengan IQ sedang bisa lebih sukses dari orang yang memiliki IQ tinggi. Hal ini karena orang yang memiliki IQ sedang tersebut lebih mampu mengembangkan kecerdasan emosi (EQ) yang dimilikinya bila dibandingkan dengan orang yang memiliki IQ tinggi tersebut. EQ tidak bersifat permanen seperti IQ, sehingga hal ini memungkinkan untuk mengasah EQ suatu individu agar dapat berkembang lebih baik. Upaya pengembangan EQ sangat baik dimulai dari lingkungan sekolah, ini karena sekolah merupakan basis pengembangan pendidikan bagi seseorang. Upaya pengembangan EQ disekolah dapat dilakukan dengan menerapkan suatu sistem pengajaran yang dapat mengasah dan mengembangkan dimensi EQ yang dimiliki. Hal ini sangat memerlukan peran dari sekolah dan guru agar mampu menciptakan iklim pendidikan yang bersifat kebersamaan (learning to live together) serta bersifat menyenangkan (joyful learning) bagi siswa. Sehingga dalam belajar siswa tidak hanya diorientasikan pada kemampuan kognitif semata tapi juga melatih kesadaran diri (Self-awareness), pengaturan diri (Self-regulation), motivasi diri (Self-motivation), empati (Empathy) dan keterampilan sosial (Social skills ) yang dimiliki siswa. Namun sayangnya, sistem pendidikan masih terpaku pada IQ, hal ini dibuktikan dengan sistem pelulusan yang menggunakan suatu nilai yang diambil dalam satu hari untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam tiga tahun. Bukan hanya IQ yang mempengaruhi keberhasilan hidup suatu individu, peran EQ juga tidak kalah penting sehingga sangat menarik untuk dibahas mengenai bagaimana cara untuk meningkatkan EQ siswa.


Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kelima dimensi EQ. Pada model ini diawali dengan kegiatan presentasi didepan kelas yang digunakan oleh guru untuk memperkenalkan materi pembelajaran yang akan diajarkan. Lalu siswa dikelompokan dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4-6 siswa yang anggotanya memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Tim ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan mengerjakan soal-soal turnamen dengan baik. Tim merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Misal suatu kelas terdiri dari 20 siswa maka akan terbentuk 4 tim dan tiap tim terdiri dari 5 orang. Dalam turnamen, masing-masing meja akan ditempati oleh siswa dari rangking yang sama. Misalnya meja-1, terdiri dari 4 siswa rangking 1, meja-2 terdiri dari 4 siswa rangking 2,meja-3 terdiri dari 4 siswa rangking 3, meja-4 terdiri dari 4 siswa  rangking 4 dan meja-5 terdiri dari 4 siswa rangking 5. Kemudian dilakukan kegiatan games, games didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai oleh seluruh siswa dan biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi yang dijelaskan oleh guru serta yang dikerjakan dalam kegiatan kelompok. Permainan ini dilakukan oleh 3-4 siswa yang memiliki kemampuan setara yang mewakili masing-masing tim berbeda. Kelengkapan permainan dilengkapi dengan pertanyaan dan soal disertai kunci jawaban yang bernomor, serta dilengkapi dengan kartu bernomor. Seorang siswa dalam tim mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari nomor yang diambil dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu sebelum memberi kesempatan bagi siswa lain untuk menanggapi jawaban dari pertanyaan tersebut apabila mempunyai jawaban yang berbeda. Selanjutnya dilakukan turnamen akademik antara tim yang satu dengan yang lain. Turnamen ini adalah suatu kegiatan latihan soal yang dirancang dalam bentuk peertandingan antara tim yang satu dengan yang lain. Biasanya turnamen ini dilaksanankan pada setiap akhir minggu setelah guru memberikan presentasi kelas terlebih dahulu dansetiap tim telah berlatih dengan LKS. Dalam turnamen, tiga atau empat siswa yang setara kemampuannya mewakili tim berbeda. Persaingan setara ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimal bagi timnya. Setelah turnamen berakhir segera dihitung nilai tim dan menyiapkan penghargaan (sertifikat) untuk tim yang bernilai tinggi. Untuk melakukannya mula-mula memeriksa skor pada lembar pencatatan skor, selanjutnya memindahkan skor masing-masing siswa ke lembar rangkuman skor untuk dikelompokan pada masing-masing timnya. Nilai tim diperoleh dengan cara menjumlahkan semua skor anggota tim, kemudian dibagi dengan banyaknya anggota tim. Setelah turnamen itu, maka dilakukan pemberian penghargaan kepada tim yang menang dalam turnamen akademik. Setelah itu guru kembali memberi penjelasan materi pelajaran yang lain secara global kemudian dilanjutkan kembali dengan langkah-langkah selanjutnya.


Dalam pengelompokan siswa menjadi beberapa tim dengan kemampuan berbeda pada masing-masing tim, maka diharapkan akan terjadi peningkatan dimensi kesadaran diri dan pengaturan diri siswa. Hal ini karena dengan berada dan belajar bersama dalam suatu kelompok maka siswa dituntut untuk mulai melakukan pengendalian emosi, menumbuhkan sikap saling percaya antar sesame anggota tim, serta dapat melakukan penilaian terhadap kondisi emosionalnya sendiri agar dapat diterima dikelompok tersebut. Sikap adaptif siswa juga semakin berkembang karena setelah berada dalam satu kelompok maka siswa akan berusaha melakukan penyesuaian diri dalam kelompok serta pengaturan diri dalam kelompok. Dengan adanya kegiatan belajar bersama dalam tim yang kemampuan anggotanya heterogen akan dapat meningkatkan empati dan keterampilan sosial siswa. Karena dengan belajar bersama dalam anggota kelompok akan terjalin komunikasi antara satu siswa lain, terjalin suatu ikatan solidaritas dalam jaringan kelompok, tumbuh kemampuan untuk berkolaborasi dan berkooperasi diantara siswa yang memiliki kemampuan berbeda. Ini akan mendorong tumbuhnya kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial secara efektif serta akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa.


Dengan adanya games serta turnamen akademik maka akan mendorong siswa untuk berupaya meraih prestasi dalam belajar. Selain dorongan berprestasi maka siswa akan mengembangkan komitmen dalam memperjuangkan timnya masing-masing sehingga hal ini diharapkan dapat membiasakan siswa agar memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen untuk suatu hal. Games dan turnamen juga dapat meningkatkan sikap inisiatif siswa yang berupaya memenagkan permainan serta turnamen, siswa dapat mengembangkan nalarnya lebih luas untuk mencari solusi terhadap soal yang diberikan tanpa harus terpaku pada cara yang diberikan guru. Selain itu, games dan turnamen ini akan menumbuhkan sikap dan kemampuan siswa untuk berani bersaing dalam iklim kompetisi yang sehat dan ketat. Hal ini sangat baik, karena mengingat kemampuan bersaing dan berkompetisi merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan suatu individu. Dengan adanya pengembangan kelima dimensi EQ yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT maka secara langsung EQ siswa akan berkembang dan meningkat.


Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilakukan pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) ataupun Sekolah Menengah Umum (SMU). Penerapan model pembelajaran ini untuk tingkst SD sebaiknya dimulai dari kelas IV, karena pada tingkat ini siswa sudah mulai berkembang aspek sosio-sentrisnya, anak mulai terbuka dalam pergaulan sosialnya, selain itu pada kelas ini anak sudah mempunyai kemampuan membaca dan menulis dengan baik, biasanya pada kelas ini biasanya tingkat kesulitan materi pembelajaran mulai meningkat. Pada tingkat SD aspek sosio-sentris anak mulai tumbuh sehingga sangat baik dilakukan pembinaan kesadaran diri, pengaturan diri, empati, dan keterampilan sosial dari siswa. Pada siswa SD sebaiknya lebih ditekankan pada melatih anak untuk mampu mengetahui keadaann emosi diri, belajar memahami emosi teman-temannya, peka terhadap keadaan teman, berkomunikasi dengan teman, serta melatih aspek kerja sama (kooperasi) dalam belajar maupun menyelesaikan soal-soal dalam pelajaran. Dengan melakukan kooperasi dan kolaborasi maka kepercayaan diri anak untuk memahami materi pelajaran juga akan dapat ditingkatkan selain ketakutan anak akan materi pelajaran tertentu dapat dihilangkan karena ketika mereka menghadapi kesulitan mereka sudah memiliki teman untuk belajar bersama. Guru hendaknya menjadi pembimbing dan penuntun anak dalam belajar kelompok, namun guru tidak bertindak otoriter terhadap anak serta membiarkan anak mengembangkan kesadaran

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di tingkat SMP dan SMU dilakukan dengan langkah-langkah pengelompokan siswa dan belajar kelompok, permainan, serta turnamen akademik dan penghargaan tim. Hal ini karena pada tingkat SMP dan SMU diharapkan dimensi kesadaran diri (Self-Awareness), pengaturan diri (Self-Regulation), empati (Emphaty), dan keterampilan sosial (Social Skills) dapat lebih dimantapkan serta mulai untuk membina dan mengembangkan motivasi diri (Self-Motivation). Melalui permainan dan turnamen akademik diharapkan siswa mulai menumbuhkan kemauan (motivasi) untuk memenangkan kompetisi dalam persaingan sehingga memiliki kemauan untuk bersaing. Dalam permainan maupun turnamen guru sebaiknya mulai memberikan permasalahan-permasalahan yang lebih mengasah nalar dan mampu mengembangkan inisiatif siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Pada jenjang SMP dan SMU diharapkan kemampuan siswa berkomunikasi, menanggapi suatu permasalahan, mengembangkan ide dan kreativitas serta inovasi dalam menyelesaikan masalah dapat berkembang. Tentu saja hal ini akan mendorong berkembangnya EQ siswa.








SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Adapun simpulan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Model pembelajaran yang bisa diterapkan disekolah untuk meningkatkan EQ siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) .  Pembelajaran kooperatif tipe TGT bisa dilakukan pada jenjang SD, SMP, dan SMU.
2.      Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) dapat meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) siswa karena dengan penerapan model pembelajaran ini dapat mengembangkan lima dimensi kecerdasan emosi (EQ) siswa.



Saran
1.      Diharapkan dapat dilakukan berbagai penelitian lebih jauh terhadap berbagai model pembelajaran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan emosi (EQ) siswa, karena EQ merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa dalam menghadapi globalisasi dan persaingan bebas.



Rekomendasi
1.      Diharapkan dapat dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) dalam penyampaian materi pembelajaran disekolah sehingga dapat bermanfaat dalam peningkatan EQ siswa.
 DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsini. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
B. Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Cooper Robert K & Ayman Sawaf. 1998. Executif EQ: Emotional Intelligence in leadership and Organization, Executif EQ: Kecerdasan Emosi dalam Kepemimpinan dan Organisasi, terjemahan Alex Tri Kantjono W. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Crooks Robert L & Jean Stein. 1999. Psycohology: Science, Behavior, and Life Second Edition. Forth Worth: Holt, Rinhert and Winston, Inc
Depdikbud. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta
Gardener, Howard. 2000. Multiple Intellegence, Kecerdasan Majemuk: Teori Dalam Praktek, terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta: intan Aksara
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intellegence, Kecerdasan Emosional, terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Suryati. 1998. Pengembangan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) dalam Rangka Meningkatkan hasil Belajar Fisika Siswa SMU. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana UNESA
Setyono, Tri Djoko. 1997. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournamen (TGT) pada PengajaranMatematika di SLTP. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana UNESA  
Widiarsa, Ketut. 2000. Penerapan Metode pembelajaran Kooperatif  Tipe Teams Games Tournamen (TGT) pada Pokok Bahasan Himpunan I Sebagai Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IE SLTP Negeri 1 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singaraja
Yuliang liu & ginter Dean. Emotional Intellegence. http://www.westga.edu/distance/liu.23 html.


0 komentar:

Posting Komentar