SETRA
ARI-ARI DESA BAYUNG GEDE
ANIS KURNIAWATI
UNIVERSITAS
MAHASARASWATI DENPASAR
BAB I
PENDAHULUAN
Kabupaten Bangli kaya dengan desa-desa kuno.
Selain Penglipuran yang terletak di Kecamatan Bangli, masih banyak desa-desa
kuno lainnya yang sarat dengan keunikan-keunikan. Desa-desa yang umumnya
penganut kebudayaan Bali Aga atau Bali Mula itu cukup banyak tersebar di daerah
Kintamani. Di sekitar daerah yang berhawa sejuk itu pula ditemukan banyak
tinggalan-tinggalan kuno yang memberikan gambaran kehidupan masyarakat Bali di
masa silam. Ada dugaan, daerah Kintamani dulu pernah menjadi pusat kerajaan
Bali Kuno. Salah satu Desa Kuno yang cukup penting di kawasan Kintamani yakni
Bayung Gede.
Desa Bayung Gede merupakan desa tua di Bali, desa ini
berhawa sejuk karena berada di ketinggian sekitar 800-900 meter diatas
permukaan laut. Dengan iklim tersebut, pertanian lahan kering merupakan andalan
warga desa ini,desa ini dikembangkan menjadi proyek percontohan pariwisata
sejak tahun 2010. Bentuk rumah yang sama dalam satu desa menjadikan desa ini
memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan desa lainnya di Kabupaten Bangli. Desa
ini terletak sekitar 55 kilometer timur laut Denpasar serta sekitar 35
kilometer utara Bangli. Bayung Gede terdiri dari satu desa dinas, satu desa
pakraman, satu banjar dinas dan satu banjar pakraman. Desa ini dibatasi oleh
Desa Batur di sebelah utara, Desa Sekardadi di sebelah timur, Bonyoh dan Sekaan
di sebelah selatan serta Desa Belacan di sebelah barat.
Di desa ini warga yang baru saja menikah dilarang memasuki
pekarangan dan tidak dianggap sebagai warga Desa Bayung Gede sebelum membayar
tumbakan (sejenis maskawin) yang diserahkan kepada Desa dengan dalam bentuk dua
ekor sapi, serta menjalani tapa brata (puasa). Pasangan suami-istri pengantin
baru itu wajib melakukan prosesi yang disebut "penyekeban"
(pematangan) tinggal di sebuah gubuk kecil di ujung desa. Di desa ini warga
yang baru saja menikah dilarang memasuki pekarangan dan tidak dianggap sebagai
warga Desa Bayung Gede sebelum membayar tumbakan (sejenis maskawin) yang
diserahkan kepada Desa dengan dalam bentuk dua ekor sapi, serta menjalani tapa brata
(puasa). Pasangan suami-istri pengantin baru itu wajib melakukan prosesi yang
disebut "penyekeban" (pematangan) tinggal di sebuah gubuk kecil di
ujung desa. Kemudian
tradisi unik lainnya terletak pada pada prosesi penguburanmayat laki-laki yang
berbeda dengan mayatperempuan, mayat perempuan dikubur dalam posisi tengadah
karena perempuan dilambangkan sebagai bumi yangmana dalam penguburannya harus
menghadap ke langit, sedangkan mayat lelaki-laki dikubur telungkup melambangkan
angkasa sehingga dalam penguburannya mesti menghadap ke bumi. Belum diketahui secara pasti
mengenai asal usul nama Bayung Gede karena menurut para tetua desa, Bayung Gede
memang sudah ada seperti saat ini. Namun lain halnya menurut Thomas A Reuters
dalam bukunya Custodians of The Sacred Mountains: Budaya dan Masyarakat di
Pegunungan Bali (Yayasan Obor Indonesia, 2005) menyebut Bayung Gede merupakan
desa kuno yang menjadi induk dari sejumlah desa-desa kuno lainnya di Bangli
seperti Penglipuran, Sekardadi, Bonyoh dan beberapa desa lainnya.
Tidak hanya itu, Desa Bayung Gede memiliki tradisi unik
dalam hal menguburkan ari-ari (tali pusar) bayi yang baru lahir. Jika pada
umumnya tali pusar bayi ditanam di tanah, di desa ini ditempatkan di batok
kelapa dan digantungkan di pohon pada “setra” (kuburan) khusus yang terletak di
belakang desa dan tradisi menaruh ari-ari di dalam batok kelapa ini sudah
berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Hal inilah yang akan di bahas dalam
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Setra
Ari-ari
Setra atau kuburan yang biasa
digunakan sebagai tempat untuk mengubur mayat, tetapi setra ari-ari ini adalah
kuburan khusus yang dibuat untuk mengubur ari-ari namun ari-ari tersebut tidak
dikubur dalam tanah melainkan di gantung pada pohon besar bernama pohon kayu
Bungkak. Pohon Bungkak ini satu-satunya di Bali yang hanya terdapat di Desa
Bayung Gede. Pohon Bungkak ini tingginya mencapai hingga mencapai 3 meter, yang
memiliki buah berwarna kuning seperti jeruk namun tidak ada yang berani untuk
mengambil buah tersebut dikarenakan buahnya yang dianggap sacral dan tidak
boleh untuk dikonsumsi, selain itu gatah dari pohon Bungkak tersebut yang
sangat lengket menyebabkan warga takut untuk menyentuhnya karena fetah dari
pohon bungkak tersebut mampu meresap kedalam daging, fungsi dari pohon Bungkak
ini mampu menyerap bau yang ditimbulkan oleh ari-ari sehingga tidak berbau
lagi. Luas dari Setra Ari-ari tersebut adalah 20 are. Sebenarnya asal-usul
mengapa ari-ari tersebut tidak dikubur dalam tanah belum diketahui pasti oleh
penduduk Bayung Gede tersebut, karena hal ini sudah dilakukan dari ratusan
tahun yang lalu oleh para leluhur mereka.
Singkat cerita mengapa ari-ari
tersebut diletakkan dalam batok kelapa dan digantung pada pohon Bungkak itu
karena pada jaman dahulu terdapat seseorang yang disembah dan dipuja oleh
masyarakat Desa Bayung Gede yaitu Ida Dukuh dengan pengikutnya sebanyak 11 orang
dan dengan berjalannya waktu pengukut dari Ida Dukuh berkembang menjadi ratusan
orang. Dan Ida Dukuh yang mengajarkan ajaran-ajaran tentang kebudayaan Desa Bayung
Gede termasuk mengajarkan cara penguburan ari-ari yang dilakukan dengan
mengantungkannya pada pohon bungkak agar dilingkungan Desa Bayung Gede tetap
bersih dah suci dari segala kotoran.
Cara Penguburan Ari-ari
Cara penguburan ari-ari yang
diletakkan dalam batok kelapa dan digantung pada pohon Bungkak tersebut unik.
Waktu yang digunakan untuk penguburan tersebut adalah pada pagi dan sore hari,
tidak boleh saat matahari terbit. Sebelum ari-ari dimasukkan dalam batok kelapa
terlebih dahulu dibersihkan dan diberi bumbu hangat seperti jahe, dan merica.
Batok kelapa diberi nama terlebih dahulu, agar setra mengetahui nama dari
pemilik Batok tersebut agar tidak ada terjadinya benturan nama. Setelah itu
diikat dengan tali berbentuk salang tabu (bentuk tambah) dan dibawa dengan
tangan kiri, sedang tangan kanan membawa arit yang gunakan untuk memotong
batang yang bercabang dan langsung meletakkan batok kelapa tersebut pada pohon
Bungkak tersebut. Kemudian tangan kiri mengambil rumput paku dan tidak boleh
menoleh kebelakang kembali.
Nilai Sosial
Nilai sosial yang terkandung dalam
setra ari-ari tersebut yaitu agar tidak mengganggu keamanan rumah di Desa
Bayung Gede. Selain itu mampu menyatukan masyarakat Desa Bayung Gede untuk
mengubur ari-ari dalam satu tempat yang disebut setra ari-ari.
Nilai Budaya
Setra ari-ari hanyalah budaya yang
terdapat di Desa Bayung Gede yang bertujuan agar lingkungan di desa menjadi
bersih dan suci dari segala kotoran.
Nilai Ekonominya
Jika dilihat dari nilai ekonominya dengan
adanya setra ari-ari tersebut dapat meringankan upacara-upacara untuk sesajen
ari-ari. Keuntungannya sajen yang dibuat tidaklah terlalu mahal dari
sajen-sajen biasanya dan dapat dibuat dari rumah.
Kearifan Lokal
Kearifan lokal dari setra ari-ari tersebut
dapat membuat lingkungan menjadi bersih sehingga ari-ari dibuatkan tempat
khusus untuk penguburan ari-ari yang diletakkan didalam batok kelapa dan
digantung dipohon Bungkak, sehingga saat adanya upacara-upacara agama rumah
tetap bersih, suci dan tidak ada gangguan apapun.
BAB III
KESIMPULAN
Kabupaten Bangli kaya dengan desa-desa kuno.
Desa-desa yang umumnya penganut kebudayaan Bali Aga atau Bali Mula itu cukup
banyak tersebar di daerah Kintamani. Di sekitar daerah yang berhawa sejuk itu
pula ditemukan banyak tinggalan-tinggalan kuno yang memberikan gambaran
kehidupan masyarakat Bali di masa silam. Ada dugaan, daerah Kintamani dulu
pernah menjadi pusat kerajaan Bali Kuno. Salah satu Desa Kuno yang cukup
penting di kawasan Kintamani yakni Bayung Gede. Desa Bayung Gede memiliki
tradisi unik dalam hal menguburkan ari-ari (tali pusar) bayi yang baru lahir.
Jika pada umumnya tali pusar bayi ditanam di tanah, di desa ini ditempatkan di
batok kelapa dan digantungkan di pohon pada “setra” (kuburan) khusus yang
terletak di belakang desa dan tradisi menaruh ari-ari di dalam batok kelapa ini
sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar